
Pengalamannya dalam perusahaan multinasional tersebut khususnya di bidang peternakan dan pakan ternak melihat besarnya peluang dan dukungan agribisnis sebagai motor penggerak ekonomi hijau.
Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar dan dapat menjadi motor penggerak ekonomi hijau nasional.
”Agribisnis tidak hanya berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan petani, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja hijau, mendukung pembangunan rendah karbon, serta mengurangi intensitas emisi nasional. Dari tanah subur ke pangan lestari untuk seluruh negeri,” ujar Faisal dalam paparannya di hadapan media pada 28 Mei 2025 di Jakarta.
Diperlukan diversifikasi produk pertanian, pemanfaatan pasar domestik yang luas, serta peningkatan ekspor sebagai peluang utama dalam pengembangan agribisnis berbasis ekonomi hijau.
”Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar, dan mampu diarahkan untuk berorientasi pada konsep ekonomi hijau atau green economy,” kata Faisal Abdul Naser.
Konsep green economy atau ekonomi hijau adalah gagasan pengembangan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial.

Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
”Dalam konteks pengembangan ladang jagung, penerapan ekonomi hijau berarti mendorong produksi pertanian yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar,” ujarnya.
”Panen Kalimantan Barat pada Juni nanti diperkirakan mencapai 56.000 Ha, juga di provinsi-provinsi lain. Saya optimis, Indonesia memiliki peluang green economy yang besar di sektor pertanian, yaitu sektor agribisnis,” tambah Faisal.
Pengembangan ladang jagung oleh pemerintah bersama masyarakat membuka sejumlah peluang strategis di sektor agribisnis, antara lain diversifikasi produk pertanian yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian, pemanfaatan potensi pasar domestik yang sangat besar untuk produk jagung dan turunannya, budaya konsumsi produk hewani yang terus tumbuh, di mana jagung menjadi bahan baku utama pakan ternak, serta peningkatan permintaan ekspor jagung seiring dengan pertumbuhan industri pangan dan pakan global.




















