Ironisnya, kondisi ini terjadi di wilayah yang tidak jauh dari pusat ibu kota Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Padahal, lokasi rumah itu hanya butuh waktu sekira 20 menit dari ibu kota Kabupaten Deliserdang yakni Lubuk Pakam.
Namun, perbedaan nasib warga di desa ini bak langit dan bumi.
Terkait bantuan pemerintah, Sri Gati mengungkapkan, keluarganya mendapat bantuan dari pemerintah yakni Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan anaknya mendapat bantuan pendidikan dari pemerintah melalui Program Indonesia Pintar (PIP).
Sedangkan, bantuan dari pemerintah terkait bedah rumah, Sri Gati mengungkapkan, tidak pernah.
“Pernah ada survey, pernah pula rumah difoto oleh petugas. Namun, sampai hari ini tak ada realisasi. Kami cuma ditanyai saja, setelah itu tak ada kabar,” kata Sri Gati.
Kini, suara mereka kerap tenggelam dalam hiruk-pikuk pembangunan yang hanya menyentuh pusat kota.
Sedangkan di balik kesunyian Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang itu, ada jeritan yang tertahan tentang hak hidup layak, tentang harapan akan keadilan sosial, dan tentang negara yang belum sepenuhnya hadir bagi warganya yang paling rapuh.
Kini, warga hanya berharap, suara mereka bisa sampai ke telinga pemimpin.
Bukan untuk mengemis belas kasihan, tapi untuk menuntut hak sebagai warga negara yang seharusnya dilindungi dan diperhatinkan. (red)
Lihat juga : Liputan di YOU TUBE SATYA BHAKTI ONLINE
Editor/Publish : Antonius Sitanggang
Renungan :
“Seorang raja harus menjaga kesejahteraan rakyatnya seperti seorang ayah terhadap anak-anaknya.”














