Adapun aliansi ini terdiri dari sejumlah organisasi, antara lain Horas Bangso Batak (HBB), Lamtoras (Sihaporas), KSPPM, AMAN Tano Batak, Persaudaraan 98, Generasi Muda Batak, Napos Angkola, Masyarakat Angkola Timur Tapsel, Natinggir, Natumingka, dan Masyarakat Batak Bersatu.
Dalam orasinya itu, Koordinator Aksi dari HBB (Aria Angkola) mengungkapkan masyarakat mengalami berbagai bentuk kekerasan dan intimidasi yang dilakukan oleh pihak TPL melalui orang-orang suruhan mereka.
Sementara itu, salah seorang korban, Putri Ambarita, turut menyampaikan kesaksiannya yang dalam hal ini mengungkapkan tindakan dari Pihak TPL dinilai sudah tidak manusiawi.
Menurut Putri Ambarita, dirinya dan adiknya yang disabilitas dianiaya.
“Bahkan orang tua kami yang sudah uzur diperlakukan kasar, meskipun sudah mengatakan tidak sanggup melawan,” ungkap Putri Ambarita sambil menahan tangis.
Putri menegaskan, perjuangan mereka bukan demi harta, melainkan demi mempertahankan tanah warisan leluhur.
“Itu jati diri kami. Kami akan mempertahankan tanah leluhur kami sampai kapan pun,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Rosmawati Silalahi (istri Tomson Ambarita) yang dua kali dipenjara dalam kasus terkait TPL, serta Herbet Butarbutar selaku Panglima Komando aksi Tutup TPL.
















