Eksploitasi Isu Negatif, Media Berpotensi Ciptakan ‘Copycat Crime’ di Indonesia

oleh -404 views
oleh
Heintje Mandagi Ketua Umum Serikat Pers Republik Indonesia
Heintje Mandagi Ketua Umum Serikat Pers Republik Indonesia. (Foto : SBO/Ist)
banner 1000x200

Eksploitasi isu negatif melalui pemberitaan masif “sukses” memicu gelombang protes warga untuk berdemonstrasi besar-besaran.

Media arus utama nasional mengeksploitasi kericuhan dan tindakan anarkis para demonstran di Pati dan DPR RI secara berulang-ulang.

Akibatnya, penyampaian aspirasi melalui demonstrasi yang berujung ricuh seolah menjadi tren masa kini.

Pemberitaan media arus utama, baik penyiaran maupun daring, menjadikan isu ini sebagai berita utama secara berulang dan berkelanjutan.

 

  • Illusory Truth Effect dan ‘Copycat Crime’

Masyarakat tanpa sadar terperangkap dalam Illusory Truth Effect, atau efek ilusi kebenaran.

Media arus utama tidak peduli bahwa eksploitasi pemberitaan negatif yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kehidupan bermasyarakat.

Dalam ilmu psikologi, Illusory Truth Effect adalah fenomena kognitif di mana seseorang cenderung lebih mudah memercayai informasi sebagai kebenaran hanya karena informasi tersebut sering diulang-ulang.

Dampak serius dari hal ini adalah terbentuknya opini publik yang terdistorsi.

Ketika media terus-menerus menyoroti sisi negatif suatu isu, masyarakat akan cenderung menganggap isu tersebut lebih umum atau lebih parah dari kenyataan.

Pengulangan ini membuat narasi negatif terasa lebih familiar dan, seiring waktu, dianggap sebagai fakta yang tidak terbantahkan, bahkan jika ada informasi lain yang membuktikan sebaliknya. Ini dapat memicu skeptisisme dan kecurigaan berlebihan masyarakat terhadap institusi atau kelompok tertentu.

Pemberitaan negatif yang terus-menerus juga dapat menciptakan iklim ketakutan dan kecemasan.

Misalnya, pemberitaan berulang tentang kasus penculikan anak atau kriminal tertentu bisa membuat masyarakat merasa tidak aman, bahkan ketika statistik menunjukkan angka kejahatan tidak sedang meningkat.

Lebih berbahaya lagi, Illusory Truth Effect pada pemberitaan negatif yang berulang dapat memicu “Copycat Crime”, atau kejahatan peniruan.

Ini adalah salah satu dampak paling berbahaya dari eksploitasi kasus kriminal oleh media, seperti kasus mutilasi, sodomi, begal, dan korupsi.

Media turut berkontribusi mengedukasi masyarakat dalam kasus pembunuhan yang disertai mutilasi, kasus sodomi anak, dan begal.

Tidak heran kasus mutilasi yang dulunya sangat jarang terjadi di Indonesia, kini justru sering kali terjadi dan marak diberitakan di berbagai daerah karena kejahatan peniruan yang terus terjadi akibat eksploitasi kasus berlebihan oleh pers demi kepentingan pendapatan dan rating media.

Hal yang sama terjadi pada kasus korupsi yang dalam hal ini justru menjadi tren, dan orang menjadi tidak takut atau malu melakukannya karena mencontoh para pejabat negara yang tertangkap. “Copycat Crime” terjadi karena media terus mengeksploitasi jenis kasus ini.

Para koruptor bahkan terlihat tersenyum seolah pahlawan di depan kamera meski ditangkap oleh KPK, Jaksa, atau Polisi. Seolah tidak ada rasa malu saat melakukan tindakan korupsi berjamaah.

 

  • Jurnalisme Solusi untuk Perbaikan

Di negara-negara maju dan berkembang, media sering bekerja sama dengan pemerintah atau LSM untuk menjalankan kampanye layanan publik (Public Service Announcements/PSAs) yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik.

Contohnya di Singapura, pemerintah sering meluncurkan kampanye nasional untuk mempromosikan kebersihan, kesopanan, atau produktivitas.

Di Amerika Serikat, banyak lembaga penyiaran secara sukarela menayangkan berita tentang isu-isu penting seperti bahaya merokok atau pentingnya vaksinasi.

Di Indonesia, berita mengenai pencapaian dan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan adalah “tambang emas” untuk pendapatan perusahaan pers, sehingga jarang diberitakan jika tidak dibayar.

Padahal, rakyat wajib tahu ke mana uang pajak mereka digunakan.

Sayangnya, informasi ini tidak terinformasi dengan baik karena media arus utama bahkan media lokal enggan memberitakannya jika tidak dibayar oleh pemerintah.

banner 1000x300banner 1000x300
Bagikan ke :